Pesan dari Kakek

“Suami istri ibarat pakaian, berfungsi saling melindungi, bukan untuk bersembunyi.”

Kakekku memberi nasehat kepadaku di samping nenek lantaran kakekku mengetahui aku menceritakan kelemahan suamiku kepada pria lain.

Kakekku menceritakan dengan lembut menasehatiku, “Saat kamu mau menikah kan sudah sepakat susah senang akan kalian tanggung bersama, kenapa sekarang kamu menceritakan kelemahan suamimu kepada orang lain yang belum tentu bisa memberimu jalan keluar?”.

“Apakah kalian pikir orang lain yang menunrutmu lebih muda, lebih ganteng, lebih lembut, lebih perhatian dan seabrek kelebihan lainnya bisa membantu dirimu?”.

“Tidak cucuku. Justru orang lain yang selama ini kamu jadikan tempat curhatan yang akan menghancurkan keluargamu, mata hatimu telah dibutakan dengan rayuan setan yang akan menghancurkan selimutmu bahkan tempat tidur dan rumahmu tempat kalian berteduh”.

Suamimu sedang berusaha mengais rezeki, Tuhanpun sedang menguji suamimu sampai dimana kegigihan mempertahankan istrinya.

” Astaghfirullah aku bermimpi, maaf yaa Mas aku telah menyakitimu. Akupun tersadar namun masih juga masih ingat pesan kakek lainnya. Pesam itu sangat jelas.

“Dengan menyalakan lampu saat gelap dan mendinginkan ruangan saat udara panas itupun  kewajiban suami. Begitupun cicilan kredit , apapun jenisnya, suami harus bertanggung jawab. Sudahkah kalian jaga hak suami atas istri?” begitu kakekku menasehatiku.

Saya jadi malu karena dengan tatapan mata tajam memandangi aku di depan nenek. Nenekpun diam. Kedua kelopak matanya  berkaca-kaca  keluar air mata.

“Kenapa nek menangis? Kan kakek menasihatiku mengapa nenek yang sedih?”

“Cucuku yang cantik, nenek ingat  masa lalu nenek.”

“Emangnya kenapa nek?”

” Hak kakekmu atas nenek.”

“Tentang apa nek?”

“Nenek telah memberikan kepada orang lain yang itu bukan haknya dan itu milik kakekmu, aku membiarkan tamu yg bukan mukhrim berlama-lama berdua tanpa ada yg menemani di rumah nenek, sedang kakekmu tidak di rumah ,kakekmu bekerja buat nenek, “hiks.hiks..”

Menangis sesenggukan , “Nek maaf, cucu telah membuat nenek sedih, cucu tidak akan lagi  menceritakan kelemahan suami ke orang lain.”

Sayang, Kakek menasehatiku hanya dalam mimpi. Kakek sudah meninggal 10 tahun lalu. Sedih aku, padahal aku masih butuh nasehat dari kakekku agar keluargaku menjadi keluarga sakinah mawadah warrahmah.

“Kakeeeek!” Aku menjerit mengenang nasehat kakek dalam mimpiku.

Related Post

Leave a Comment