Inprasa.com, Pekanbaru – Film  “Keajaiban Sedekah Nisa” merupakan kelanjutan film pendek “Kartu Hafalan Nisa”. Film ini merupakan tampilan kehidupan nyata, yang ditayangkan dalam bentuk film pendek. Kehidupan nyata yang dimaksud adalah perjalanan sebuah keluarga yang tidak luput dari problem sosial yang sehari-hari banyak kita jumpai.

Karena saking banyaknya jenis problem yang ada pada keluarga, Allah menurunkan surat Al-Maa’uun. Dimana surat ini mengingatkan kepada manusia. Peringatan itu disajikan dalam bentuk pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban dari umat manusia, melainkan jawaban itu cukup didengar, diikuti dan dikerjakan saja yang menurut perintah Sang Pencipta.
Perhatikan pertanyaan Sang Pencipta itu!

  1. Taukah kamu (orang) yang mendustakan Agama?
  2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim.
  3. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
  4. Maka celakalah orang yang shalat,
  5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya,
  6. Yang berbuat riya,
  7. Dan enggan (memberikan) bantuan.

Problem sosial yang terjadi di masyarakat di dominasi oleh perkara yang bersentuhan dengan kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, papan (makanan, pakaian, tempat tinggal).
Pangan (makanan) menempati urutan pertama. Semua urusan tidak bisa dijalankan jika tubuh kita dalam keadaan lapar atau tidak makan.

Sekuat apapun tubuh manusia jika tidak makan 1×24 jam akan tumbang. Anak yatim menjadi perhatian dalam surat Al-Maa’uun ayat 1 s/d 7 karena anak yatim belum mampu mendapatkan sumber pangan secara mandiri. Ia bisa bertahan hidup jika ada pihak lain yang memberinya makan, oleh karenanya Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk menyantuni agar tidak kelaparan dan tidak terlantar.

Jika anak yatim ini tidak mendapat perhatian dampak lanjutan yang terjadi adalah terjadinya kerawanan sosial yakni adanya kelaparan, gelandangan, pengemis, pencopet, perampok dan masih banyak lagi dampak negative lainnya. Jika hal ini terjadi maka ongkos sosial yang harus dibayar masyarakat sangat mahal.

Selain ongkos sosial mahal untuk mengembalikan kondisi bisa normal seperti sedia kala sangat lama dan rumit. Oleh karenanya setiap manusia wajib memberi bantuan kepada anak yatim. Supaya terhindar dari problem sosial sebagaimana yang disampaikan di atas.

Selain menyantuni anak yatim, Allah memerintahkan untuk memberi makan orang-orang miskin.
Orang miskin muncul karena salah satu penyebabnya adalah dampak lanjutan dari anak yatim yang tidak terurus. Anak yatim yang tidak mendapatkan penanganan baik, maka anak yatim ini dalam perjalanannya akan menjadi orang miskin.

Agar orang miskin tidak bertambah banyak, maka sumber penyumbang utama terjadinya orang miskin harus diatasi. Salah satunya dengan memelihara anak yatim.

Namun demikian jika sudah terlanjur jadi orang miskin, umat Islam harus segera membantu mereka. Sebab jika orang miskin tidak segera ditangani maka dampak buruk sosial akan jauh lebih mengerikan. Sebab mereka selain bisa berbuat kriminal mereka bisa juga berpotensi menjadi penggerak kejahatan.

Semua sepakat “Kemiskinan akan mendekatkan kepada kekufuran”. Oleh karena itu orang Islam dianjurkan menjadi orang berkecukupan agar tidak dekat kepada kekufuran. Untuk menjadi orang yang berkecukupan harus bekerja keras dan selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kecukupan rezkinya.

Bagi umat Islam yang tidak mau menyantuni anak yatim dan tidak mau menjadi pemberi makanan orang miskin dapat digolongkan sebagai orang “Pendusta Agama”.

Sebagai pendusta agama, Allah memberi ancaman berupa orang yang celaka. Kenapa tergolong orang celaka?

Sebab meskipun ia sholat, tetapi sholatnya tidak berdampak pada kehidupan sosial. Misalnya sholat rajin, tetapi kikir, pelit, dan tidak mempunyai empati terhadap anak yatim maupun orang miskin. Mereka justru sebaliknya malah berbuat riya.

Mereka mau menyantuni anak yatim, memberikan bantuan kepada masyarakat miskin dengan harapan masyarakat harus mau mengagumi perbuatannya. Masyarakat harus memberinya puji-pujian kepadanya bahwa dirinyalah yang paling berjasa terhadap keduanya. Menurut mereka (orang riya) tanpa dirinya mereka (yatim dan miskin) akan binasa.

Riya sangat berbahaya. Sebab orang riya jika membantu yang lain dilakukan bukan berdasarkan kebutuhan orang yang membutuhkan, baik waktu maupun jenis materinya.

Misalnya orang butuh hari ini, orang riya akan selalu memberi bantuan besok atau kapan-kapan sesuai kehendaknya. Orang riya akan selalu memberikan pilihan yang menyulitkan dan menyakitkan bagi yang lemah (penerima), karena orang riya beranggapan bahwa, dialah satu-satunya penolong yang akan dapat menyelamatkan mereka.

Orang riya akan selalu berfikir, meskipun mereka (orang lemah) dikasih pilihan pahitpun, mereka tidak akan bisa menolak. Itulah dampak buruk perbuatan riya untuk orang-orang yang lemah.

Orang yang celaka selain orang berbuat riya, mereka adalah orang yang sebenarnya mempunyai kemampuan baik materi, maupun otoritas kekuasaan tetapi mereka enggan menggunakan otoritas yang ia miliki unruk menyuruh berbuat baik. Orang seperti ini disebut orang yang celaka sekaligus pendusta agama.

Terus siapa orang yang termasuk golongan orang selamat? Orang disebut selamat berati lawan orang celaka. Terus orang selamat itu yang bagaimana?

Tentang lawan dari orang-raong yang disebut sebagaimana yang ada pada surat Al-Maa’uun di atas diantaranya:

  1. Orang yang menjaga Agamanya.
  2. Orang yang mempunyai empati terhadap anak yatim.
  3. Orang yang selalu menganjurkan kepada siapa saja untuk menyantuni orang miskin.
  4. Maka merekalah yang selamat (tertib) dalam mengerjakan sholat.
  5. Orang yang dapat menghasilkan dampak positif dari sholatnya (berupa akhlak mulia).
  6. Yang berlaku (berbuat) baik terhadap Allah maupun berhubungan baik sesama manusia. Mereka hanya mengharap keridhoannya.
  7. Dan mereka selalu memberikan bantuan baik pemikiran maupun materi kepada yang membutuhkan

Jika surat Al-Maa’uun dihayati dan diamalkan, maka kehidupan sosial akan sangat harmonis. Kerawanan sosial akan dapat diminimalisir sekecil-kecilnya. Jika kerawanan sosial minim maka kehidupan dimasyarakat akan tentram.

Dalam bahasa jawa disebut “Gemah Ripah Loh Jinawi Toto  Tentrem Kerto Raharjo” artinya (Kekayaan Alam yang Berlimpah dan Aman Tentram) atau “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” artinya (Negeri yang Subur, Makmur, Adil dan Aman).

Related Post

Leave a Comment