Perlu diketahui bahwa pada akhir masa pengabdian sebagai guru Agama Islam, guru harus berhasil membukukan catatan berupa kegiatan membaca, menulis, dan menghafal ayat-ayat Al-Quran, meskipun hanya Juz 30 atau Juz amma. Buku catatan tersebut berkemungkinan ada anak yang sudah berhasil menghafal menulis Juz 30, namun juga ada anak yang belum berhasil. Namun demikian usaha Bapak dan Ibu tidaklah mengurangi nilai kebaikan yang sudah Ibu/Bp. lakukan.

Allah mengetahui bahwa 80%-100% Ibu/Bapak meyakini kebenaran informasi yang ada dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban Ibu/Bp. sebagai guru Agama Islam, dimana Ibu/Bp berkewajiban mengajarkan baca tulis Al-Quran. Namun Allah juga mengetahui bahwa 80%-90% hati Ibu/Bapak enggan melaksanakan kegiatan itu dengan berbagai alasan. Oleh karena itu supaya Ibu/Bapak tidak sempat mencari alasan, dan justru ingin membuat LEGESI berupa munculnya ribuan anak-anak yang berhasil penghafal Al-Quran baik hafal membaca maupun hafal menulis, maka kami menyarankan untuk membaca dan meresapi makna Quran Surat Al Hasyr ayat 18 sampai ayat 24  yang berbunyi:

Ayat 18

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat 19

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Artinya: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.

Ayat 20

لَا يَسْتَوِيْٓ اَصْحٰبُ النَّارِ وَاَصْحٰبُ الْجَنَّةِۗ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ

Artinya: Tidak sama para penghuni neraka yang disiksa dan para penduduk surga yang diberi nikmat. Para penduduk surga adalah orang-orang yang mendapatkan apa yang mereka cari, yang selamat dari segala apa yang dibenci.

Ayat 21

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Artinya: Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

Ayat 22

هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِۚ هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ

Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 23

هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Ayat 24

هُوَ اللّٰهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۗ يُسَبِّحُ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Artinya: Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Allah sudah pasti menepati janjinya. Diantara janji Allah adalah meneliti setiap detik kegiatan Ibu/Bapak mengoreksi saat aktivitas anak-anak dalam kegiatan menghafal, membaca, dan menghafal menulis Al-Quran. Sejarah akan mencatat bahwa Ibu/Bapak lah yang pertama kali membuktikan bahwa revolusi mental di Indonesia benar-benar terlaksana. Kita semua menyaksikan bahwa hadirnya teknologi informasi yang dikhawatirkan dapat merusak moral anak sudah terbukti, namun demikian pada saat yang sama ternyata Guru PAI  dapat dengan cepat mengantisipasinya dengan cara GERAKAN HABIS MAGHRIB MENGAJI.

Meskipun keputusan Menteri Agama RI No. 150 Tahun 2013 tentang Pedoman Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji telah tersebar di Kanwil dan Kandepag di seluruh Indonesia, namun tanpa peran dari seorang guru Agama Islam maka mustahil program gerakan habis maghrib mengaji akan berjalan dengan baik. Demikian juga meskipun telah dikeluarkan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, tanpa peran guru Agama Islam tumbuhnya budi pekerti luhur pada diri anak sulit diwujudkan.

Peran sentral guru Agama Islam seharusnya tidak boleh dipandang remeh, melainkan harus diberi apresiasi oleh seluruh masyarakat. Seiring adanya fenomena baru yaitu Murid Merdeka Belajar, dan guru penggerak. Saat ini Guru Agama Islam sudah menangkap sinyal kebebasan belajar yang dibuka oleh Mendikbud Nadiem Makarim.

Gerakan kebebasan mengajar dimaksudkan agar kemampuan mengajar seorang guru dapat tersalurkan tanpa tekanan dari pembuat kebijakan yang selama ini membatasi kemampuan mengajar seorang guru. Menjadikan guru penggerak, yakni guru yang mampu menginspirasi siswa-siswi nya yang semula tidak gemar belajar menjadi rajin belajar, murid yang semula bertingkah laku kurang baik, menjadi murid berbudi luhur. Tanpa adanya peran guru penggerak proses belajar mengajar menjadi monoton sebagaimana yang telah terjadi puluhan tahun lalu.

Demikian juga dengan Murid Merdeka Belajar, murid diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat pribadinya, mengekspresikan kecerdasan emosi nya secara bebas. Dengan kemerdekaan belajar, kita akan dapat mengetahui bakat dan minat murid sejak dini. Dalam pengabdian sebagai guru, tentu mendidik anak bukan hanya sekedar membuat anak memiliki kecerdasan kognetif semata, melainkan juga mengajarkan kepada anak supaya anak mendapatkan kecerdasan emosional. Bahkan guru juga mengajarkan sebuah keterampian yang sangat diperlukan dalam rangka menghadapi persaingan global yang sudah terjadi saat ini.

Program hafal membaca dan hafal menulis Juz Amma, merupakan salah satu program unggulan yang perlu diketahui oleh publik. Manfaat program menghafal membaca dan menulis Juz Amma tidak sekedar hafal secara lahiriah semata, melainkan juga harus dipahami bahwa setiap proses anak sampai hafal membaca maupun hafal menulis Juz Amma, ada sebuah peristiwa penting yang terjadi di diri anak. Kejadian itu berkaitan dengan pola asuh pada anak dan orang tua. Orang tua mengambil peran penuh atas pendidikan dan pengawasan anak pada saat anak berada di rumah. Peran penuh oleh keluarga diperlihatkan pada saat anak dan orang tua bersama-sama mengaji di rumah dalam program hafalan Juz Amma, atau dikenal Gerakan Habis Maghrib Mengaji.

Guru Agama Islam saat ini sudah berani mengambil alih tanggung jawab atas jargon penguasa tentang pendidikan karakter, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral dan pendidikan berintegritas yang selama ini seolah-olah sedang dicapai melalui tol langit. Guru Agama Islam tidak perlu kartu E tol, melainkan guru Agama Islam dalam mengajarkan tentang pendidikan karakter, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral dan pendidikan berintegritas, Guru Agama Islam cukup dengan satu kartu dan kartu itu tidak harus kartu elektornik melainkan kartu pembuka pintu surga yakni kartu hafal membaca dan kartu hafal menulis Al-Quran dalam Program Gerakan Literasi Sekolah Bidang Studi Agama Islam dengan kegiatan Habis Maghrib Mengaji.

Dalam program kegiatan Habis Maghrib Mengaji ada kartu pengendali, yaitu berupa kartu hafal membaca dan kartu hafal menulis ayat-ayat Al-Quran. Dinamakan kartu pengendali karena dalam kartu itu terdapat peran penting bahwa proses belajar mengajar, proses mendidik anak, proses pengawasan anak dilakukan dengan sinergitas antara sekolah diwakilu guru, masyarakat diwakili oleh orang tua. Dalam kartu pengendali itulah sesungguhnya penentuan masa depan anak sedang berlangsung.

Jika program Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan dengan memadukan dengan kegiatan Habis Maghrib Mengaji, maka dapat dipastikan, selain minat baca, minat menulis meningkat menumbuhkan budi pekerti yang luhur akan terjadi. Dengan demikian tujuan yang diharapkan oleh Menteri Agama melalui Skp. No.150 th 2013 tentang Pedoman Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji dan Permendikbud No.23 th 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti berhasil di capai.

Semoga apa yang kami sampaikan di atas menjadi pemicu semangat Ibu/Bp dalam rangka mewujudkan anak penghafal Al-Quran, cerdas dan berbudi luhur, Aamiin.

Related Post

Leave a Comment