Inprasa.com, Pekanbaru – Pendongeng nasional kelas dunia, Agus Djafar Shodiq atau dikenal dengan Kak Agus DS menyambangi Sekolah Dasar (SD) Negeri 37 di Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Agus DS mengajak guru-guru di gugus 1, di kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru untuk memulai mengelorakan literasi, dimulai dari hal kecil-kecil, seperti mulai membuat perpustakaan di sekolah menjadi hal yang menarik di kunjungi.
Dia mencontohkan, anak apabila diajak makan diberikan dua pilihan, mau makan di rumah makan Padang atau KFC? Kebanyakan anak memilih untuk ke KFC yang merupakan produk luar.
“Mulai sekarang, datanglah ke perpus sekolah, dan bawa tisu, coba lap buku-buku, apa yang terlihat?,” tanya Kak Agus DS dihadapan para guru-guru se-Kecamatan Tampan.
Perpus SD N 37 Pekanbaru |
Para guru pun mulai tersadar, buku-buku di perpus sekolah ternyata memang tidak menarik, dan kurang terawat. Kehadiran Kak Agus DS memovitasi para guru agar mengubah mindset dalam menggelorakan semangat baca, tidak harus dengan cara yang muluk-muluk, tetapi segera dimulai dari hal yang kecil-kecil, seperti membuat perpustakaan di sekolah menjadi menarik, yang terpenting guru terlebih dahulu perlu mempunyai mindset dalam mengajar.
Pada kesempatan yang sama, persoalan literasi di Indonesia juga disoroti direktur PT. Inti Prima Akasara (Inprasa), Mustajab Hadi. Dia mengungkap, dalam hal literasi, Indonesia tertinggal jauh dari negara lain, seperti di jepang, mudah menemui orang membaca buku di ruang publik, sedangkan di Indonesia hampir susah ditemui.
“Coba kita perhatikan sepanjang jalan soebrantas, merek motor kebanyakan produk dari mana?,” ujar Mustajab bertanya kepada guru-guru, dan beberapa merek kendaraan bermotor buatan jepang pun disebutkan, ada Yamaha, Honda, Suzuki dan lain sebagainya.
Direktur Utama PT. Inti Prima Aksara (Inprasa) Mustajab Hadi |
Tidak mengherankan jika negara maju mempunyai produk unggulan, menurut Mustajab hal ini karena negara maju sadar akan pentingnya literasi yang mulai digelorakan sejak dini. Dia mengungkap, setiap anak sejak dari kandungan sudah diajarkan untuk menyukai membaca.
“Sebenarnya, tidak cukup literasi hanya membaca, tetapi kita harus mendorong anak-anak kita untuk mulai menulis, dan hal ini perlu sinergi semua pihak, mulai dari kalangan pendidik, pemerintah dan masyarakat,” papar Mustajab.
Kehadiran Inprasa, mengajak semua pihak, terutama guru-guru agar mulai menulis Buku, karena dengan menulis buku menjadi dokumen penting bagi kemajuan literasi di Indonesia.
“Kalau hanya literasi membaca, itu sudah hal biasa, 45 tahun yang lalu Jepang sudah melakukannya, sekarang ini, kita harus lebih maju lagi, dengan mulai menulis dan menerbitkan buku, kami siap menampung karya bapak ibu guru semua,” ujar Mustajab.
“Salam Literasi” Guru-guru gugus 1 se-Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru dan Tim Inprasa |
Melalui diskusi literasi ini, guru-guru di gugus 1, Kecamatan Tampan Agus DS dan Tim Inprasa mulai berkomitmen untuk membudayakan membaca dan menulis, melalui hal-hal yang sederhana dan tidak perlu menunggu untuk membuat perubahan yang besar dalam menggelorakan semangat literasi di Indonesia.
Agus DS meyakini, guru-guru gugus 1, se-Kecamatan Tampan mampu menjadi pelopor penggerak literasi di tingkat nasional, yang terpenting menurut Agus DS, diperlukan kegiatan parenting disetiap sekolah.
“Bapak Ibu guru, tidak perlu ragu, jika ada persoalan di lapangan, saya dan Tim Inprasa siap membantu, silakan undang saja, kami siap memberikan motivasi kepada anak-anak agar suka membaca, dan yang lebih penting kepada Bapak Ibu Guru,” ujar Agus DS.