Peran Gerakan Literasi Digital Dalam Membangun Peradaban Baru di Sekolah

Membaca menulis merupakan literasi dasar buat umat manusia

Inprasa.com, Pekanbaru – Tidak akan pernah ada peradaban baru yang muncul, kecuali di sekolah budaya membaca dan menulis telah dilakukan di ruang-ruang kelas.

Membaca menulis merupakan Literasi dasar buat umat manusia. Oleh karenanya jika suatu generasi Literasi dasar bagus maka Literasi bidang lain akan mengikut dengan sendirinya. Sebaliknya, jika Literasi dasar itu belum berjalan dengan baik jangan berharap Literasi bidang lain akan berhasil baik.

Membaca menulis untuk kemajuan bangsa sangat fundamental, sebab pemahaman dan penyebaran ilmu pengetahuan diperoleh dari Literasi dasar ini.

Berpedoman dari hasil survei PISA (Program For International Student Asessment) tahun 2012 menyebutkan budaya Literasi masyarakat Indonesia terburuk dari 65 negara yang di teliti di dunia. Menurut survei BPS ada 90,27% anak usia sekolah suka menonton televise, sedangkan hanya 18,94% yang suka membaca.

Menurut Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kemendikbud Haris Iskandar bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia 0,001, ini artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya satu yang suka membaca.

Berangkat dari kondisi seperti ini penulis berkeinginan untuk melakukan Gerakan Literasi ditingkat sekolah. Gerakan ini dimulai setelah anak pulang di rumah mau membaca buku-buku yang disediakan oleh sekolah masingmaisng, atau anak membaca buku-buku di perpustakaan keliling, di taman bacaan masyarakat atau dimanapun anak menemukan buku bacaan.

Gerakan Literasi Sekolah akan sukses jika seluruh komponen masyarakat ikut terlibat. Tanpa keterlibatan Instansi terkait dan masyarakat mustahil minat baca anak akan meningkat. Oleh karenanya ayo kita gerakkan Literasi sekolah supaya minat baca anak meningkat.

Gerakan Literasi anak di sekolah akan bisa dilaksanakan secara masif dan terstruktur jika Instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kepustakaan dan Arsip dan seluruh komponen masyaakat bersatu padu mendukung gerakan ini.

Untuk menjalankan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di Indonesia, Gerakan Literasi Sekolah dibagi menjadi tiga tahapan yakni; tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Gambaran besar Gerakan Literasi Sekolah tiga tahap ini dapat dijelaskan sebagai berikut ;

Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Lompatan besar terjadi di belahan bumi lain nan jauh disana. Bangsa di luar sana telah menguasai berbagai teknologi. Mereka jauh meninggalkan bangsa Indonesia di berbagai bidang baik sains dan teknologi maupun budaya.

Di belahan bumi lainnya seperti negara Eropa dan Amerika sudah bekerja dengan otak mereka sedang kita bekerja masih mengandalkan otot. Otot bekerja atas perintah otak. Oleh karena itu selagi otot lebih banyak bekerja/berperan di banding otak, maka jangan berharap generasi kita 10 sampai dengan 30 tahun kedepan menjadi generasi unggul yang mampu menyejahterakan diri dan keluarganya.

Kesejahteraan keluarga berbanding lurus dengan tingkat literasi anggota keluarga. Demikian juga kemiskinan dan kriminalitas berbanding lurus dengan rendahnya pendidikan.

Dari fakta tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya dengan pengetahuan yang diperoleh lewat pendidikan, perbaikan taraf hidup keluarga bisa ditingkatkan.

Persoalan anak-anak tidak suka membaca dan menulis harus segera diatasi bersama. Kita smeua sepakat bahwa, dari membaca dan menulis itulah ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikuasai.
Bnayak persoalan yang melatar belakangi kenapa anak-anak tidak suka membaca dan menulis. Setidaknya ada beberapa sebab diantaranya:

  1. Minimnya keteladanan dari orang tua, guru dan masyarakat yang dapat memberi contoh seupaya anak gemar membaca dan menulis.
  2. Minimnya buku-buku bacaan yang sesuai dengan tingkat usia baca anak (buku yang sesuai jenjang pendidikan dan usia anak)
  3. Belum adanya penggerak Literasi dasar yang mampu menunjukkan kepada anak-anak, guru dan masyarakat berupa hasil positif, baik karya nyata maupun perilaku (etika) bahwa Gerakan Literasi mempunyai dampak positif buat kehidupan mereka.
  4. Minimnya partisipasi masyarakat terhadap pendanaan untuk tersedianya bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk meningkatkan minat baca.
  5. Terbatasnya anggaran Pemerintah dan berlagaknya Pemerintah yang sok sukses mengumandangkan slogan “Sekolah Gratis” sehingga timbul asumsi di masyarakat yang berpendapat semua bahan dan fasilitas untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia adalah gratis.

Dari lima penyebab tidak suksesnya Gerakan Literasi Sekolah dan Gerakan Literasi masyarakat tersebut penulis mempunyai ide atau gagasan besar, yakni sebuah gerakan untuk mengatasi penyebab kegagalan gerakan literasi di atas.

Gagasan itu adalah # Gerakan membeli buku dari uang saku #

Multiefek gerakan beli buku dari uang saku diantaranya ;

  1. Mendidik siswa untuk belajar hemat, dengan cara jika anak diberi uang jajan oleh orangtuanya tidak digunakan semua untuk jajan, melainkan disisihkan sebagian untuk ditabung, yang tabungan dari sisa uang jajan tadi kalau sudah terkumpul untuk membeli buku.
  2. Mendidik siswa belajar bersedekah buku (Ilmu Pengetahuan). Caranya, jika siswa sudah cukup tabungan dari menyisihkan uang jajan untuk membeli buku, maka secara otomatis terdebet sendiri, karena sudah deprogram oleh sistim. Jika buku sudah selesai dibaca, anak (pemilik buku) diharapkan buku tersebut dihibahkan ke perpustakaan sekolah. Dengan demikian, perpustakaan mendapat sumbangan dari para siswa. Efek lain anak yang tidak bisa menabung atau tidak mendapat uang saku dari orang taunya, yang bersangkutan ikut mendpaat berkah yakni bisa membaca buku hasil sumbangan dari siswa yang menghibahkan buku ke perpustakaan tersebut.
  3. Mendidik siswa untuk mengenal dan berlatih Gerakan Literasi Digital dan Gerakan Literasi Keuangan.
  4. Mendekatkan perbankan untuk berkolaborasi dengan kantin-kantin skeolah. Dimana perbankan sebagai penghimpun dana dari sisa uang jajan anak. Perbankan harus menyiapkan perlengkapan untuk gesek kartu supaya pelaksanaannya mudah dikontrol, transparan dan akuntabel.

Untuk menarik minat dan memudahkan proses belajar Gerakan Literasi Digital dan Literasi keuangan, penulis tampilkan film pendek tentang proses belajar gerakan ini dengan judul “SEDEKAH BUKU”yang saat ini, Tim Literasi Inprasa sedang mencari talent yang cocok dengan pemain.

Penulis: Mustajab Hadi

Related Post

Leave a Comment