Inprasa.com, Pekanbaru – Tim penggerak literasi Inti Prima Aksara (Inprasa) sharing (berbagi) dan diskusi kemajuan gerakan literasi sekolah (GLS) bersama para guru SMP Negeri 13 Pekanbaru, Senin, 15 April 2019 di ruang rapat Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Pekanbaru.
Tim penggerak literasi Inprasa, Mustajab Hadi dalam forum, sharing soal cara efektif untuk menggerakkan para siswa agar lebih rajin membaca buku, khususnya buku non teks (buku bacaan selain buku pelajaran).
Mustajab mengatakan, setiap guru wajib menanyakan kepada siswa, pada saat masuk kelas dan sebelum memulai pelajaran, buku apa yang sudah dibaca, baik di sekolah maupun di rumah.
“Secara berkala, mohon ibu (guru), mungkin guru Bahasa Indonesia nya, atau guru Bahasa Inggris, pada saat masuk kelas harus menanyakan, kalian baca buku apa..,” kata Mustajab hadi kepada seluruh guru di forum sharing dan diskusi.
Menurut Mustajab, langkah sederhana ini, menanyakan secara berkala kepada siswa “Sudah baca buku apa?” setiap masuk kelas dan sebelum memulai pelajaran sangat efekif untuk membuat anak tergerak mau membaca buku.
Dengan selalu menanyakan buku yang telah di baca, para siswa akan bersiap membaca, dan mulai datang ke Perpustakaan sekolah untuk membaca, karena keesokan harinya, setiap guru terus bertanya, sudah baca buku apa?, kepada semua siswa.
Gerakan literasi sekolah berjalan kurang maksimal, menurut Mustajab salah satu persoalannya, semua pihak saling menunggu, dan belum sampai ke tahap saling sharing ide mengembangkan gerakan literasi, hingga literasi menjadi budaya di sekolah.
“Gerakan literasi berhenti, karena Jakarta (pemerintah pusat) menyerahkan ke daerah, seolah-olah sudah jalan, tidak pernah menanyakan (kemajuan gerakan literasi),” ungkap Mustajab.
Persoalan ini, menurutnya bisa diatasi dengan cara setiap pihak saling bertanya, mulai dari pemerintah pusat, kepala daerah, hingga kepala sekolah saling menanyakan perkembangan kemajuan gerakan literasi.
Jika semua diam, tidak saling bertanya dan mengevaluasi perkembangan kemajuan gerakan literasi, menurut Mustajab gerakan literasi yang selama ini berjalan, tidak akan maksimal, dan mungkin bisa berhenti, karena tidak ada yang saling melakukan koreksi dan evaluasi.
Pada kesempatan ini, para Guru SMP Negeri 13 Pekanbaru juga menyampaikan beberapa ide memajukan gerakan literasi sekolah, semua guru dalam forum sepakat, gerakan literasi sekolah memang perlu digarap secara serius, sehingga menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 13 Pekanbaru, Ibu Majus sharing memajukan gerakan literasi sekolah |
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 13 Pekanbaru, Ibu Majus mengungkap, gerakan literasi di SMP Negeri 13 Pekanbaru memang sudah berjalan, namun belum maksimal, belum sampai pada tahap anak-anak menghasilkan karya, salah satunya berhasil menerbitkan buku, seperti harapan besar Tim Penggerak Literasi Inprasa, yang mempunyai target keberhasilan, pada saat para siswa sudah menjadikan membaca kebiasaan, dan mulai berani mengirimkan karya ke penerbit hingga layak baca dan diterbitkan.
Ibu Majus sependapat dengan Mustajab Hadi, perlu keseriusan semua pihak untuk menggarap program besar yang sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia, gerakan literasi sekolah, karena tolok ukur kemajuan bangsa berbanding lurus dengan kecintaan membaca dan budaya literasi di suatu negara.
Mustajab, yang juga selaku Direktur Utama penerbit PT Inti Prima Aksara (Inprasa) mengusulkan, agar gerakan literasi sekolah berjalan maksimal, perlu dibentuk Tim Penggerak Literasi di Setiap Sekolah, Tim terdiri dari Kepala Sekolah, Guru dan juga Siswa. Tim penggerak literasi di sekolah, bertugas memastikan gerakan literasi sekolah berjalan, dan terdokumentasi dengan baik.
Kelak, apabila ada survei maupun penelitian di bidang literasi, semua sekolah sudah mempunyai data yang otentik, yang mampu menggambarkan secara spesifik kemajuan literasi di tiap sekolah. Tim penggerak literasi sekolah bahu membahu, saling bertanya, berdiskusi dan sharing ide memajukan gerakan literasi di sekolah.
Kedepan, menjawab tantang gerakan literasi, di setiap sekolah tidak perlu lagi mengarang cerita, melaporkan kepada instansi diatasnya, bahwa gerakan literasi sudah berjalan, namun tidak mempunyai data yang mampu merekam dan menggambarkan dengan spesifik perkembangan gerakan literasi yang hingga hari ini masih menjadi PR besar pemerintah.
Tim literasi Inprasa, di sesi akhir diskusi juga berkesempatan memaparkan ide maupun program menggarap Film pendek, kelanjutan dari Film Pendek, “Kartu Hafalan Nisa”, yang diangkat dari cerpen yang berjudul, “Berkah Sedekah Nisa” ditulis oleh Mustajab Hadi.
Para guru antusias menggarap film pendek ini, Film Pendek pertama produksi Inprasa, “Kartu Hafalan Nisa”, sudah bisa memberikan gambaran, kelak melalui film, banyak pesan yang dapat disampaikan kepada para siswa, dan kepada masyarakat umum.
Pada film pendek seri berikutnya, Tim kreatif Inprasa kembali berkolaborasi dengan talent dari SMP Negeri 13 Pekanbaru, melibatkan guru dan juga siswa, tidak menutup kemungkinan, apabila talent untuk memerankan tokoh di Film Berkah Sedekah Nisa tidak didapatkan di SMP Negeri 13 Pekanbaru, Tim kreatif Inprasa akan mengajak sekolah lain yang berminat untuk menggarap Film yang diangkat dari cerpen “Berkah Sedekah Nisa”.