Inprasa.com, Pekanbaru – Setiap pagi di sudut pasar kota Madinah ada seorang pengemis buta selalu berkata dengan perkataan menghina Nabi. “Hai saudara-saudara, jangan dekati Muhammad. Dia itu sudah gila, ia seorang tukang sihir, jika kalian mendekat, kalian akan kena sihir dan kena tipu“.
Begitulah pengemis buta itu selalu ngomel kepada pengunjung pasar melewati jalan tempat pengemis itu meminta-minta. Kata-kata itu selalu berulang-ulang diucapkan.
Pengemis selalu ditemani seseorang. Orang yang menemani pengemis selalu menyuapi makanan dengan sabar.
Hari itu pengemis, tidak ada yang menemani dan menyuapi mulutnya. Abu Bakar menawarkan diri untuk menjadi pengganti orang yang biasa menyuapi pengemis buta itu. Saat Abu Bakar menyuapi pengemis buta, pengemis tetap menyebarkan fitnah dan ngomel-ngomel seperti biasanya.
“Siapa kamu bersedia menyuapi aku?, kamu tidak biasa menyuapin aku“. “ Aku biasa menyuapin kamu,” kata Abu Bakar.
“ Tidak! yang biasa menyuapi aku tidak seperti ini, biasanya aku tidak perlu menggunakan tangan dan mulutku untuk berlama-lama untuk mengunyah, biasanya makanan itu dihaluskan dulu sebelum dimasukkan ke mulutku”.
“Oh ya, aku sahabat orang yang biasa menemani dan menyuapi kamu,” ucap Abu Bakar.
“Lakukan saja seperti sahabatmu agar aku gampang menelannya”.
Abu Bakar menangis berurai air mata mendengar ucapan pengemis buta itu. Pengemis buta meminta kepada Abu bakar agar makanan yang ia suapkan ke pengemis itu dihaluskan terlebih dahulu seperti yang dilakukan sahabatnya.
Abu Bakar bertambah menangis lebih keras lagi tatkala pegemis tetap menfitnah dengan kata-kata yang menjelek-jelekkan Muhammad, karena sudah tidak kuat lagi mendengar ucapan pengemis yang selalu menghina Nabi, Abu Bakar berkata. “Saudaraku, yang biasa menyuapimu telah wafat, aku pingin meneruskan amalan baiknya”.
“Siapa nama orang yang menemani aku dan selalu menyuapi aku kemarin itu?”.
“Ketahuilah beliau itu adalah Muhammad Rasulullah, yang selalu kamu fitnah dan kamu hina”.
Pengemis buta itupun terdiam. Tak lama kemudian Abu Bakar berkata, “Ketahuilah saudaraku, beliau selalu tersenyum dan sabar menyuapimu meskipun kamu menghinanya, aku sahabatnya tidak ingin melewatkan setiap kebaikan yang beliau lakukan”.
Seketika pengemis Yahudi itu lemas dan tertunduk lesu, menangis sejadi-jadinya. Beberapa saat kemudian dengan kesadaran sendiri pengemis buta itu mengucapkan dua kalimah syahadat.
Abu Bakar bersujud, bersyukur kepada Allah pengemis buta yang sebelumnya beragama Yahudi telah masuk Islam dengan kesadaran sendiri.