Inprasa.com, Pekanbaru – Belum usai guru kita mencari cara bagaimana cara mengatasi problem yang dihadapi guru tentang rendahnya minat baca anak didiknya, datang lagi problem baru yakni pemerintah saat ini kurang mempercayai guru Indonesia. Ini terlihat dari Pemerintah berencana mau mengimpor guru dari luar negeri.

Tidak hanya jagung, kedelai, beras dan lain-lain gurupun harus di impor dari luar negeri. Pertanda apa pendidikan di negeri ini?

Guru Indonesia yang sudag mengajar di ruang kelas hampir tiga puluh tahun lamanya dan telah menerima sertifikat mengajar dari lembaga resmi negara, harus belajar lagi dari guru impor yang belum tentu cocok dengan kondisi di ruang kelas di Indonesia.

Negeri ini bakal ada pertunjukan berupa murid-murid yang berusia lebih tua dibanding gurunya. Murid yang wajahnya murung, lesu, letih, kurang istirahat harus belajar kepada guru baru yang lebih muda. Guru impor ini kualitasnya menurut salah seorang mentri kabinet kerja saat ini, jauh lebih baik dari guru di Indonesia.

Rizma Uldiandari, guru asal Tegal, Jawa Tengah bersama muridnya

Apakah murid-murid berusia tua yang berwajah kurang cerah ini bisa bertanya kepada guru barunya? Murid bertanya kepada guru belum tentu murid tersebut tidak cerdas. Murid yang bertanya kepada guru juga belum tentu murid itu tidak paham masalah.

Bagaimana seandainya murid berusia lebih tua bertanya kepada guru yang lebih muda tentang jumlah gaji yang dia terima di negeri asalnya mengajar?

Bagaimana jika murid yang berwajah murung, letih dan kurang tidur bertanya kepada guru yang lebih muda  tentang sarana dan prasana di sekolah tempat negaranya mengajar?

Bagaimana jika murid yang sudah mengajar lebih dari tiga puluh tahun dan telah mendapatkan sertifikat mengajar dari lembaga resmi Negara Indonesia bertanya kepada guru hasil impor tentang slogan sekolah gratis di negara tempat dia mengajar?

Pertanyaan murid-murid yang secara umur lebih unggul tadi jika dijawab oleh sang guru hasil impor, bukan murid tambah mengerti melainkan murid-murid secara kuantitas umur lebih banyak tadi akan tambah pusing. Sebab guru impor bukannya membantu cara mendidik yang baik justru guru itu akan menambah masalah baru.

Pasti guru hasil impor akan memberi pekerjaan rumah kepada guru Indonesia berupa beberapa pertanyaan. Tentu pertanyaan dari sang guru impor tidak akan mampu dia jawab oleh murid sebab jika dia jawab dengan rumus matematika dan rumus transparan dan akuntabilitas, sang murid yang sejatinya guru teladan akan diberhentikan dari tugasnya oleh sang penguasa.

Jadi sesi Tanya jawab antara guru yang serba lemah dengan guru yang serba cukup akan berakhir drow atau win-win solution.

“Haa-haa terus, gimana kelanjutan cara meningkatkan minat baca yang sudah di gaungkan pemerintah dengan Permendikbud No. 23 Th 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti”? Tanya murid berumur tua dalam hati, yang sudah sadar bahwa sebenarnya kualitas mengajar dia tidak kalah pintar dan cerdas dibanding dengan cara mengajar guru impor, kekalahan kita tidak lain dan tidak bukan hanya kalah di bidang kesejahteraan guru dan kalah di kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan saja.

Kalau begini seperti pepatah, “menepuk air di panci terpecik kena muka sendiri”.

Related Post

1 Comment

Leave a Comment