Hanya manusia literat yang mampu menjaga bumi agar tetap layak di huni manusia dan makhluk lainnya
Inprasa.com, Pekanbaru – Pada hakekatnya manusia berasal dari satu keturunan nenek moyang. Setidaknya pendapat ini diamini beberapa penganut agama yang ada di dunia, misalnya Agama Islam, Kristen, Khatolik, dan para ahli kitab.
Adam dan Hawa adalah nenek moyang kita. mengapa saat ini menjadi banyak suku bangsa?, dan mengapa terjadi konflik?, Padahal kita bersaudara.
Adanya keyakinan umat manusia dan satu nenek moyang bersumber dari firman Allah dalam Al-Quran surat 49 ayat 13 yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenali.”
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk termulia. Proses manusia tercipta sebagai makhluk termulia sampai saat ini sesungguhnya masih terus berlangsung. Manusia menjalani proses menuju makhluk termulia dilalui dengan berliterasi.
Hanya manusia yang literat yang berhasil melintasi alam kebodohan menuju kecerdasan. Tuhan telah memasang perangkat lunak dan perangkat keras pada diri manusia, dimana perangkat ini dengan kegiatan berliterasi manusia dapat mengembangkan diri menjadi makhluk termulia baik secara fisik maupun secara akal.
Hanya manusialah makhluk yang diperintahkan Tuhan agar berliterasi. Sebab dengan berliterasi manusia dapat saling kenal mengenal satu sama lain dalam rangka menguji siapa yang terbaik (taqwa) dimata penciptanya.
Sebelum manusia pertama diletakkan di dunia, tentu dunia ini terlebih dahulu telah ada. Bahkan mungkin jutaan tahun setelah bumi ada, manusia pertama baru di letakkan di dunia. Sampai saat ini satu-satunya planet di jagat raya yang layak dihuni manusia hanyalah bumi. Manusia harus menyadari, bahwa bumi adalah satu-satunya planet yang layak dihuni manusia. Oleh karenanya harus sama-sama dijaga. Seluruh umat manusia harus bersatu padu menjaga bumi agar tetap layak untuk di huni manusia.
Hanya manusia literat yang mampu menjaga bumi agar tetap layak di huni manusia dan makhluk lainnya. Manusia literat mampu mempersatukan pendapat yang semula berseberangan menjadi saling memahami pendapat satu sama lain.
Hanya manusia literat yang mampu menyelaraskan perbedaan kecerdasan emosional yang berbeda-beda yang kadang berpotensi jadi konflik menjadi sebuah peradaban yang indah.
Contoh kongkrit bahwa manusia yang cerdas emosional, literasi bidang musik misalnya; mereka dengan musiknya mampu membuat damai orang-orang berkonflik menjadi bersahabat. Musik tidak mengenal suku, tidak mengenal bangsa, tidak mengenal agama. Musik itu Universal.
Suara seruling misalnya, yang ditiup orang Indonesia bisa mengeluarkan nada seperti yang diinginkan orang India. Demikian pula seruling yang ditiup orang India akan bisa mengeluarkan nada seperti yang diinginkan orang Amerika. dan juga suara musik lainnya seperti gendang, biola, gitar, angklung dan masih banyak lagi yang mampu mendamaikan sebuah perselisihan.
![]() |
Anak-anak bermain Karawitan |
Kita bisa menyaksikan betapa hebatnya lantunan musik instrumental alat musik tertentu sehingga dapat membuat pendengarnya sampai meneteskan air mata. Ini menandakan bahwa literasi bidang musik dapat menyatukan umat manusia. Kita semua harus sepaham bahwa perbedaan apapun tentang diri manusia tidak perlu mengorbankan jiwa, harta dan masa depan manusia itu sendiri.
Coba para pembaca lihat, betapa kayanya Indonesia ini, dari Aceh sampai Papua. Banyak diketemukan berbagai seni budaya. Pembaca juga bisa lihat di media sosial, YouTube tentang jenis-jenis musik yang anak-anak muda tampilkan dengan instrumental! Indah bukan?
![]() |
Orang dari berbagai bangsa lebur jadi satu memainkan alat musik angklung |
Saat kita menyakinkan anak-anak muda memainkan musik tradisional mereka, hati kita damai. Hampir tidak percaya kenapa masih ada kekerasan diantara kita jika kita sadar bahwa kita adalah saudara.
Mulai saat ini, mari tingkatkan Gerakan Literasi Sekolah bidang kecerdasan emosional apa saja. Dengan menjadi manusia literat, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat lestari.
Selamat Berliterasi….!!!!
Penulis,
Mustajab Hadi
Pegiat Literasi