Guru yang malas membaca umumnya tidak memiliki kesadaran berliterasi
Inprasa.com, Pekanbaru – Kesadaran muncul dalam diri seorang guru mau membaca buku, setidaknya ada dua hal. Pertama dipaksa orang lain, kedua muncul dari diri sendiri.
Guru yang malas membaca umumnya tidak memiliki kesadaran berliterasi. Untuk bisa tumbuh menjadi guru yang literat tidak ada lain yang bisa memaksa seorang guru kecuali kepala sekolah. Sebab kepala sekolahlah sebagai pengemudi (driver) guru-guru yang bertugas bersamanya dalam mencerdaskan anak didiknya.
Ada teori yang mungkin perlu dicobakan dalam rangka “membaca buku menjadi sebuah budaya.” Teori itu menyatakan agar gerakan membaca menjadi budaya. Ada tahapan yang harus dilalui, antara lain :
Dipaksa – Membaca
Terpaksa – Membaca
Biasa – Membaca
Budaya – Membaca
Otoritas kekuasaan yang melekat di pundak kepala sekolah dalam memajukan pendidikan diharapkan mampu mendorong guru bisa tampil sebagai “Motivator Gerakan Literasi Sekolah.”
Jika guru berhasil menjadi Motivator Gerakan Literasi Sekolah maka guru juga berhasil membangun sebuah peradaban. Sebab sebuah peradaban hanya bisa dibangun bila kegiatan baca tulis berlangsung, jika kepala sekolah berhasil menjadi driver buat guru-gurunya dan guru berhasil menjadi motivator buat murid-muridnya, maka akan terjadi perubahan besar dalam hal programGerakan Literasi Sekolah.
Para Guru Berdiskusi dengan Tim Literasi Inprasa |
Jikalau guru sudah berhasil menjadi guru yang luar biasa, yang mampu membuat murid-murid termotivasi berliterasi, maka sesungguhnya selain guru sudah membangun peradaban guru juga sudah dapat meringankan tugas guru itu sendiri.
Dengan adanya murid mempunyai kesadaran membaca/ berliterasi mandiri maka proses pembelajaran telah berlangsung bahkan tanpa guru menerangkan di depan kelas sekalipun pembelajaran sudah berjalan
Anak-anak sesungguhnya bisa mendapatkan sumber-sumber ilmu pengetahuan dengan cara mengunduh dari berbagai sumber, tanpa kehadiran seorang guru di depan kelaspun ilmu bisa didapatkan.
Cuma persoalan yang mendasar adalah rendahnya para murid mau berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan. Jika itu persoalan mendasarnya berarti dibutuhkan penggerak. Jika ini terjadi diruang kelas maka penggeraknya tidak lain adalah seorang guru.
Arus besar Gerakan Literasi Sekolah sudah dilaksanakan oleh beberapa sekolah di Pekanbaru. Misalnya; SMPN 13, SMPN 12, SMPN 3, SMPN 4, SMPN 2 Pekanbaru dan beberapa SMA/SMK di Prov. Riau ini.
Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Pekanbaru, H. Ridwan bersama Tim Literasi Inprasa menggelorakan semangat literasi |
Bahkan Dinas terkait yakni Dinas Pendidikan dan Dinas Perpustakaan sepakat bahu-membahu untuk mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah, ini terbukti seringnya dilakukan sosialisasi Gerakan Literasi Sekolah di kota Pekanbaru dan di Kabupaten lain yang ada di Prov. Riau.
Semoga seluruh pegiat Literasi, masyarakat dan pemangku kepentingan dalam Gerakan Literasi Sekolah terus menerus berjuang demi kemajuan bangsa ini. Salah satu kegiatan Literasi sekolah dapat dilihat di www.inprasa.com
SELAMAT BERLITERASI….!
Penulis,
Mustajab Hadi
Pegiat Literasi