Inprasa.com, Pekanbaru – Berbagai musibah yang terjadi pada masa kini, seharusnya Pemerintah tidak usah terkejut dan tergopoh-gopoh. Dalam menangani musibah seperti kasus virus corona atau covid 19 sebenarnya selalu terjadi dalam sejarah kehidupan manusia di bumi, hanya jenis virusnya berbeda-beda.
Hal ini, kurang dipahami karena manusia tidak atau kurang literat, atau tidak mau membaca sejarah, kurang peduli dengan berbagai peristiwa yang terjadi masa lampau.
Dr. Rizal Ramli pernah mengatakan, bahwa musibah pandemik atau wabah virus terjadi hampir setiap seratus tahun berulang. Misalnya tahun 1720-, tahun 1850-, tahun 1920-, tahun 2020 .
Namun demikian adanya musibah sebenarnya salah satunya disebabkan oleh perilaku manusia yang merusak alam dan lingkungan dan tidak cakap mengatisipasi dampak buruknya.
Contoh kejadian lebih kurang seratus tahun lalu, misalnya adanya wabah flu Spanyol pada tahun 1918-1920, dimana saat itu jumlah korban diseluruh dunia sangat banyak. Di Indonesia pada tahun 1918- 1920 jumlah penduduknya lebih kurang 60 juta, yang meninggal 1,5 juta atau setara dengan 2,5% dari jumlah penduduk saat itu. Dari mana data ini di peroleh?, data ini dicatat oleh pemerintah Hindia Belanda, karena saat itu Indonesia masih di jajah Belanda.
Kita setuju, adanya perubahan musim yang tidak menentu, banjir, tanah longsor mencairnya es di kutub utara, timbulnya jenis-jenis penyakit dan berbagai virus karena manusia terlalu agresif ingin menguasai alam secara berlebihan. Oleh karena itu agar manusia siap menghadapi musibah, manusia seharusnya belajar membaca sejarah (Manusia Literat) kejadian dimasa lampau.
Selain belajar sejarah, manusia harus mengkaji penyebab adanya musibah yang datang. Jika kita mau jujur salah satu penyebab timbulnya berbagai musibah karena ulah manusia yang melanggar sunnatullah yang berlaku di alam ini, baik dalam hubungan sesama manusia, manusia dengan hewan maupun hubungan manusia dengan alam yang mengakibatkan terganggunya ekosistim di bumi.
Contohmya sangat banyak seperti manusia merusak alam dengan menebang hutan berlebihan, menambang bumi berlebihan, memakan makanan yang seharusnya tidak boleh dimakan. Berhubungan seks sesama jenis bahkan berhubungan seks dengan hewan.
Literasi mengajarkan agar manusia itu cerdas, baik cerdas akal maupun cerdas emosialnya. Hukum sebab akibat jika dipahami manusia maka musibah akan dapat dihindari.
Kunci dari berakhirnya musibah sangat tergantung seberapa besar tingkat Literasi rakyat di suatu negara. Misalnya negara Korea Selatan, meskipun tidak ada lockdown tetapi negara Korea Selatan cukup sukses mengatasi virus Covid 19, karena negara tersebut mempunyai catatan sejarah cara menangani wabah/pandemik segala virus yang pernah terjadi di masa lampau.
Mencatat, mendokumentasikan dan menggunakan catatan/informasi secara bijak untuk dipergunakan membantu mengatasi masalah, atau memudahkan untuk berkerja, Itulah hakekat ujung hasil kegiatan Literasi Bangsa.
Mari! Jangan sepelekan Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Masyarakat bila negara ini tidak ingin menderita karena pandemik virus apapun jenis virusnya. Tingkatkan sumber daya manusia dengan belajar terus, agar kegagalan dalam menangani suatu masalah tidak terjadi di kasus Covid 19 ini. Negara besar, kuat dan mandiri harus dikomandani seorang leader yang mampu bertindak cepat, tepat dan tidak membuat panik rakyatnya.
Pemimpin itu melindungi, kalau belum bisa menyejahterakan rakyat, setidaknya jangan suka penjarakan rakyat.
Jadilah Rakyat Literat dan patuh kepada pemimpin agar terhindar dari musibah yang setiap saat akan datang tanpa diundang pergi tanpa pamitan. Salam literasi.