Anak Anda Malas, Suka Buat Keributan, Malas Membaca? Jangan Ikutkan Bimbel Saja, Coba 5 Tips Ini

Inprasa.com, Pekanbaru – Anak Anda malas, suka membuat keributan baik di sekolah maupun di rumah, dan juga malas belajar ataupun membaca? Baik, sobat INPRASA, janganlah terburu-buru untuk memarahi anak, apalagi menghardiknya dengan perkataan yang kurang pas, seperti membanding-bandingkan dengan anak tetangga, ataupun teman sekolahnya yang berprestasi.

Perlu trik ataupun strategi untuk mengatasi anak yang malas belajar, terutama dalam membaca buku. Anak-anak kebanyakan lebih suka menonton, entah itu menonton TV, YouTube ataupun lebih sering memainkan games lewat gadget. Aktivitasi itu semua bersifat pasif, anak terbiasa jadi penonton. Sedangkan, pada saat anak membaca, mereka lebih aktif, karena dituntut untuk mengimajinasikan apa yang dibaca, dan memerlukan energi untuk memahami bacaan.

Anak lebih suka main gawai
Anak lebih suka main gawai

Lantas, bagaimana cara agar anak rajin, tidak suka berbuat onar atau membuat keributan, dan suka membaca buku? simak.

Salah satu persoalan orangtua saat mendampingi anak menempuh pendidikan di sekolah, yaitu malas belajar. Seringkali saat disuruh belajar berbagai alasan sering dilontarkan anak, seperti rasa capek ataupun ingin istirahat sebentar. 

Berbagai cara dilakukan orangtua agar anaknya dapat mengerjakan PR dan mau belajar secara mandiri.

Cara yang biasa dilakukan, seperti mendaftarkan anak untuk mengikutkan anak bimbingan belajar atau mendatangkan guru pribadi ke rumah. Namun cara itu pun terkadang belum tentu berhasil.

Biasanya anak akan belajar saat mengikuti bimbingan belajar (Bimbel) atau saat bersama guru pribadi saja. selanjutnya, anak hanya memanfaatkan waktu hanya bermain saja.

Mendikbud, Muhadjir Efendy

Dilansir edukasi.kompas. com, Forum Sahabat Keluarga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan beberapa tips menghadapi anak yang malas belajar: 

1. Jadilah Teladan Anak

Menjadi Role Model
Menjadi Role Model

Hal terpenting adalah orangtua harus mampu menjadi role model (teladan anak) dalam proses belajar anak. Orangtua sebaiknya membiasakan melakukan berbagai aktivitas belajar apapun di hadapan anak.

Misal, dengan melakukan aktivitas membaca atau menyelesaikan pekerjaan rumah tangga di hadapan anak. Saat terbiasa melihat orangtuanya belajar maka anak akan melakukannya juga.

2. Sediakan Ruang Khusus Belajar  

Orangtua bisa menyediakan ruangan atau tempat khusus untuk belajar anak yang di dalamnya terdapat meja yang nyaman, ruang penuh warna, peralatan menulis lengkap, rak buku, dan sesuatu yang disukai anak.

Penyediaan ruang atau tempat khusus ini tidak perlu mahal, namun membuat nyaman proses belajar anak. Dengan demikian akan tumbuh semangat belajarnya.

3. Penuhi kebutuhan anak 

Pemenuhan kebutuhan anak sangat penting sehingga anak tidak terfokus pada keinginannya terus menerus dan dapat termotivasi untuk belajar.

Misal, saat anak minta uang untuk membayar SPP sekolah, maka orangtua bisa memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara yang baik, seperti ”Adik bantu ayah berdoa sama Tuhan ya biar diberi uang dan bisa buat bayar sekolah adik besok.”

Secara tidak langsung kebutuhan belajar tercukupi, dan dari sisi aspek spiritual anak telah diajari untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan mengetahui makna bahwa segala seuatu yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan meminta kepada Tuhan.

4. Ajukan Pertanyaan Harian 

Ajukan pertanyaan harian
Ajukan pertanyaan harian

Coba ajukan pertanyaan harian, dapat dilakakukan dengan cara menggantikan, bukan instruksi untuk belajar.

Pertanyaan yang dapat diajukan diantaranya; Sudah belajar belum hari ini? Apakah PR sudah dikerjakan belum? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang perlu diterapkan untuk merangsang kesadaran anak belajar dan berlatih jujur.

Jika orangtua menyuruh belajar secara langsung maka anak akan malas. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa digunakan sebagai cara yang efektif untuk membuat anak belajar dengan sendirinya.

5. Berikan Pemahaman Makna Belajar 

Cobalah memberikan pemahaman makna belajar. Caranya, dengn mmberikan penjelaskan kepada anak, bahwa esensi belajar untuk meningkatkan potensi dalam hidupnya kelak, sedangkan makna belajar seseungguhnya sebagai sarana memudahkannya dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.

Orangtua juga dapat menceritakan keberhasilan orang atau tokoh yang diperoleh karena ketekunan dalam belajar.

Cobalah menceritakan kisah orang-orang yang gagal karena tidak mau belajar. Dari sinilah anak menjadi tahu apa yang harus dilakukan dalam hidupnya, terlebih untuk mewujudkan masa depannya.

Related Post

Leave a Comment