Inprasa.com – Buku Novel Anak “Anak-anak Kampung Baru” menceritakan tentang seorang anak bernama Jamil yang merasa kehilangan uang. Jamil menduga salah satu teman kelasnya yang mengambil uang miliknya. Namun ketika Jamil ditanya mengapa ia menuduh temannya tanpa saksi mata, Jamil tidak lekas menjawab. Ia hanya memperbaiki tas dipunggungnya agar lebih nyaman di tubuh.

Buku Novel Anak berjudul “Anak-anak Kampung Baru” karya W. Nimpuno yang diterbitkan oleh PT. Inti Prima Aksara, Edisi pertama, 2018. Buku ini memiliki 68 halaman, ukuran; 14,8 x 21cm. Dalam buku ini terdapat 9 Sub Judul, “Kehilangan Uang”, “Mengunjungi Perpustakaan”, “Perjalanan yan Melelahkan”, “Kak Lontong”, “Berdirinya Rumah Baca”, “Raden Mas Candrodipuro”, “Minta Upah”, “Mendapat Malu”, dan “Mengalahkan Diri Sendiri”.

Baik sahabat INPRASA, tujuan dari sinopsis Buku Novel Anak ini adalah untuk menunjukkan sisi menarik yang ada dalam buku ini dan membuat pembaca memahami sekilas tentang cerita “Anak-anak Kampung Baru.” Jadi, jangan sampai ketinggalan postingan dari kami, selamat membaca..

SINOPSIS Anak-anak Kampung Baru

Jamil menceritakan bahwa kemarin sore ketika Paman Raharjo datang ke rumah dan memberi uang jajan padanya. Lalu ia memasukkan uang tersebut ke dalam kantong tas ransel sebelah kiri. Waktu istirahat pn tiba dan semua anak keluar dari ruangan kelas, satu temannya yang bernama Rosyid tetap berada di dalam ruangan kelas tersebut. Tidak lama, Jamil kembali ke kelas untuk mengambil uang. Namun ternyata uang tersebut sudah hilang, ia mengira mungkin saja Rosyid yang mengambil uang miliknya.

“Apa yang dilakukannya di kelas?” tanya Haidar.

“Membaca buku atau pura-pura membaca buku.Tetapi tangannya masuk mengembara ke dalam tas orang lain” jawab Jamil.

Kemudian Jamil mengeluh dan berkata, ” Andai saja di dalam kelas dipasang CCTV, pelaku pencurian tentu terekam lewat kamera.” Namun temannya, Haidar mencoba memberi nasihat kepada Jamil untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan, karena itu bukanlah hal yang baik. Dengan begitu, Haidar berharap agar Jamil tidak langsung menuduh Rosyid yang mencuri uangnya.

Jarak antara sekolah dengan rumah mereka tidak begitu jauh, kira-kira hanya empat ratus meter, kurang lebih sekitar lima belas sampai dua puluh menit mereka tempuh dengan berjalan kaki. Sekolahnya terletak di Kampung Widara, sedangkan rumah mereka di Kampung Baru, hanya dibatasi dengan jalan desa yang tidak begitu lebar.

Ketika di persimpangan jalan, mereka saling berpamitan dan Jamil mengingatkan kepada temannya untuk tidak lupa membuat PR besok pagi. Haidar pun terkekeh mendengar ucapan Jamil, ia berkata, “Tumben mengungatkan, biasanya kamu yang lupa tidak mengerjakan PR.” Setelah itu Haidar meminta Jamil untuk berjanji dengan dirinya sendiri agar tidak menjadi anak yang malas dalam mengerjakan PR.

Beberapa saat kemudian Jamill berkata, “Aku akan menanyakan perihal uangku yang hilang.”

“Kalau ia menjawab, tidak tahu, bagaimana?” tanya Haidar.

“Dia harus mengakuinya.” kata Jamil dengan nada jengkel.

“Tidak boleh begitu, jika memang betul-betul tidak tahu dan tidak mengambilnya, kamu tidak boleh memaksanya.” Haidar mencoba untuk melembutkan hati Jamil, namun tetap tidak berhasil.

Setelah sampai di rumah, ibunya melihat wajah Jamil tampak lesu dan kesal, sehingga ibu menyakan mengapa Jamil sampai seperti ini. Jamil akhirnya menceritakan tentang uang pemberian Paman Raharjo hilang dan ia mengatakan jika Rosyid yang mengambil uangnya.

Lalu Ibu meminta agar Jamil bertenang diri dahulu dan meletakkan tas di kursi. Kemudian Ibu meminta maaf kepada Jamil, karena ia yang mengambil uang Jamil. Namun Ibu lupa untuk mengatakan hal tersebut. Ibu Jamil berkata pelan, “Waktu akan bicara denganmu, ternyata kamu sudah berangkat sekolah.”

Ibu memberikan alasan mengapa uang Jamil digunakan, karena Ibu tadi pagi sedang tergesa-gesa mau membayar belanja tukang sayur. Ibu Jamil juga berjanji akan mengganti uang Jamil dan meminta anaknya untuk segera menghubungi teman-teman yang sudah tahu atas tuduhan ini.Jamil terdiam beberapa saat dan merasa bersalah atas tuduhannya kepada Rosyid, setelah itu Jamil bergegas mengambil sepeda untuk menuju ke rumah Haidar, Nando dan Juweni.

Baik, sahabat INPRASA. cerita selengkapnya, bisa dibaca di buku “Anak-anak Kampung Baru”. Aapakah Jamil akan menceritakan yang sebenarnya terjadi atau tidak? Selamat membaca, untuk mengetahui cerita lebih lengkap.

Related Post

Leave a Comment