Inprasa.com, Pekanbaru – Buku cerita fiksi “Kitab Wasiat” menceritakan seorang janda bernama Kasihana bersama tiga orang anak laki-lakinya, Teruna, Teruni dan Atmaja. Pada suatu hari, janda Kasihana memanggil ketiga anaknya untuk menyampaikan perihal penting tentang Kitab Wasiat peninggalan almarhum suaminya.
Cerita “Kitab Wasiat” karya Winarno GN yang diterbitkan oleh PT. Sutra Benta Perkasa, Edisi pertama, 2006. Buku setebal 60 halaman ini dipasarkan pada Rabu, 1 Februari 2006. Dalam buku ini terdapat 8 Sub Judul, 1. Kitab Wasiat Hilang, 2. Kurang Kesungguhan, 3. Perjalanan Teruni, 4. Tekad Telah Mantap, 5. Hujan Batu, 6. Di Kahyangan Indraloka, 7. Lukisan Membawa Kebahagiaan, dan 8. Sesal Kemudian Tak Berguna.
Sobat Inprasa, akan ada sisi menarik yang terungkap dalam sinopsis buku “Kitab Wasiat” ini, jadi, simak terus postingan kami
Sinopsis, Buku Cerita Kitab Wasiat
Setelah ketiga anaknya berkumpul, janda Kasihana memberitahu kepada anak-anaknya bahwa almarhum ayah mereka hanya mewariskan sebuah kitab yang berisi ilmu berharga, yaitu ilmu kesempurnaan hidup.
“Kitab itu didapat dengan susah payah ketika beliau melakukan perjalanan ke seberang lautan. barang itu kusimpan sampai sekarang dan belum pernah ku perlihatkan kepada kalian sebab waktu itu kalian masih terlalu muda. Namun kini tiba waktunya, mengkaji dan mengamalkan ilmu yang termaktub dalam kitab itu.”
Buku Cerita Fiksi, “Kitab Wasiat” Karya Winarno GN |
Ketika janda Kasihana membawa kitab itu dari kamarnya. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, angin bertiup kencang dan datang seekor elang raksasa masuk lewat jendela lalu mencengkram kitab wasiat tersebut dan merebutnya. Peristiwa itu terjadi dengan sangat cepat, sehingga janda Kasihana bersama ketiga anaknya tercengan menyaksikan kejadian tersebut.
Mereka menyadari akan peristiwa tersebut, tetapi sudah terlambat untuk mengejar burung elang raksasa itu. Karena telah terbang sangat tinggi seperti mencapai langit. Mereka kini merasa sangat sedih dan menangis karena itu satu-satunya peninggalan almarhum ayah yang hilang. Karena kejadian ini, akhirnya janda Kasihana jatuh sakit.
“Mungkin aku tidak akan sembuh jika kitab itu tidak ditemukan.” kata janda Kasihana.
Kini, keadaan janda Kasihana semakin mengkhawatirkan. Beberapa orang tabib dipanggil, namun tak seorang tabib pun mampu menyembuhkan janda Kasihana. Salah seorang tabib mengatakan bahwa janda Kasihana tidak akan sembuh jika kesedihannya belum hilang. Oleh sebab itu kitab tersebut harus dicari sampai dapat.
Melihat kondisi Ibunya begitu menyedihkan, akhirnya ketiga bersaudara ini berembuk dan memutuskan salah satu dari mereka harus pergi untuk mencari kitab wasita itu sampai dapat. Taruna sebagai anak sulung, dia akan pergi mencari kitab wasiat itu ke arah Timur Desa. Karena menurut Atmaja, elang raksasa yang mencuri kitab wasiat itu terbang ke arah Timur.
Ketika Teruna ingin pergi kitab itu, janda Kasihana menoleh dan memandang Teruna beberapa saat. Lalu berkata, “Teruna, aku berdo’a untukmu. Pergilah! Semoga usahamu berhasil. Selamat jalan Nak, selamat jalan!” Setelah mencium tangan Ibunya, Teruna pun pergi meninggalkan rumah, berjalan ke arah Timur.
Baik, sobat INPRASA. cerita selengkapnya, bisa dibaca di buku “Kitab Wasiat”. Apakah Teruna berhasil menemukan kitab wasiat warisan almarhum ayahnya?. selamat membaca, untuk mengetahui cerita lebih lengkap.