Sinopsis: Buku Cerita Fiksi "Kumpulan Cerita Fabel
Hai sahabat INPRASA dimanapun berada. Kali ini izinkan penulis untuk mengenalkan buku terbaru cetakan PT. Inti Prima Aksara yang ditulis oleh Sholikah Ikah, dan Rohmah Jimi S, yang berjudul “Kumpulan Cerita Fabel”. Dimana terdapat tiga belas judul yang berbeda dan masing-masing cerita dapat memberikan edukasi yang baik dan pesan moral kepada pembacanya.
Diharapkan buku ini dapat menjadi referensi dan memberikan manfaat positif bagi anak-anak, remaja, dan orangtua yang telah membaca buku novel ini. Kami juga berharap buku “Kumpulan Cerita Fabel” ini mampu menyumbang usaha untuk membangun  karakter bangsa sesuai cita-cita kita semua.
Nah, untuk sahabat INPRASA yang penasaran akan bagaimana isi dari “Kumpulan Cerita Fabel” ini, penulis akan memberikan satu gambaran atau bayangan tentang buku “Kumpulan Cerita Fabel” ini melalui sinopsis yang akan penulis ceritakan dengan judul “Pegy Merpati yang Sombong” seperti dibawah ini.
Pegy Merpati yang Sombong

Satu, dua, tiga, kepakan sayap burung terdengar berulang-ulang kali samar di langit biru yang terbentang luas. Ini masih sangat pagi, udara dingin terhirup serasa dapat membekukan pundi-pundi udara.

Aro adalah seekor burung pipit dengan badan mungil dan lincah, sedangkan Pegy adalah burung merpati yang tidak suka bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Kedua burung itu memiliki sifat berseberangan.

“Apa yang sedang kau kerjakan pagi-pagi begini?” tanya Pegy.

“Aku sedang membuat sarang. Kau lihat, sawah belum terlalu ramai. Aku bisa leluasa mengambil jerami tanpa gangguan manusia,” jawab Aro. Karena kemarin, anak-anak dengan usilnya mengambil sarang Aro dan beberapa butir telur miliknya saat ia pergi mencari makan.

Sambil menguap Pegy memberi nasihat kepada Aro untuk tidak bersedih. Lalu kemudian Pegy bertanya kepada Aro, “Kau ingin belajar padaku cara memiliki tempat tinggal tanpa harus bersusah payah?”

Tanpa menunggu jawaban Aro, Pegy pun langsung memperlihatkan kebolehannya di depan seorang pemuda yang kebetulan lewat di dekatnya. Pegy berpura-pura terpelanting jatuh dari dahan hingga membuat kakinya terluka. Dan pemuda tersebut langsung membawa Pegy pulang kerumah untuk diobati. Pegy mengedipkan matanya kepada Aro seolah memberikan isyarat kepada Aro yang hanya duduk bertengger di pohon akasia dengan memperhatikan aksi Pegy yang berpura-pura.

Sesampainya dirumah, pemuda tersebut langsung mengobati Pegy, memberikan makan dan tak lupa juga membuatkan sarang untuk tempat tinggalnya. Pegy dirawat dan diperhatikan dengan baik oleh si pemuda tersebut dan memperlihatkan wajah sombongnya seolah-olah dia mengatakan jika dia tidak perlu repot-repot mencari makan, sedangkan Aro harus berjuang sendiri dengan susah payah untuk mencari makan agar bisa bertahan hidup.

Selang beberapa waktu Pegy datang menghampiri Aro, “Hai Aro, bagaimana kabarmu?” tanya Pegy.

“Wah Pegy, kukira kau sudah lupa padaku. Bulumu bersih sekali, badanmu juga tampak lebih berisi,” ujar Aro memuji.

Dengan sombongnya Pegy membanggakan pemuda yang merawatnya dan menghina Aro dengan mengatakan Aro semakin kurus tak terawat. Pegy juga mengatakan bahwa Aro tidak sepertinya yang mampu dengan mudahnya mencari makan tanpa bersusah payah dengan mengandalkan parasnya agar dibelas kasih oleh manusia.

Tetapi Aro tetap dengan keteguhan hatinya, selama dia masih memiliki sayap dan masih sanggup untuk mencari makan, dia tidak akan mau mengemis kepada siapapun, karena Aro lebih merasa bangga akan usahanya sendiri ketimbang di kasihani oleh orang lain.

Seiring berlalunya waktu, Pegy tak pernah lagi datang mengunjungi Aro. Tetapi sekarang Aro jauh lebih baik dari sebelumnya, bahkan sekarang Aro tidak lagi hidup sendiri, karena sekarang Aro sudah memiliki empat orang anak. Badannya terisi, kicaunya lebih berani dan bahkan terbangnya semakin tinggi.

Berbanding terbalik dengan Pegy, berkat kesombongannya dia menerima balasan dimana dia hidup susah karena majikannya tidak pernah kembali pulang. Tidak ada yang merawat dan memberikan makan sehingga mengharuskannya untuk pergi mencari makan sendiri. Tetapi musibah demi musibah datang menghadang dan membuat Pegy lemah tak berdaya hingga terluka. Tetapi Aro bersedia untuk membantu meskipun Pegy selalu bersikap sombong kepadanya.

Sahabat INPRASA, dari cerita tersebut dapat kita ambil salah satu positifnya bahwa seberapa keras usaha kita akan menggambarkan seberapa banyak hasil yang kita dapatkan. Kalaupun sekarang mungkin kita belum berhasil selalu semangat ya!

Untuk kisah selanjutnya, dapat dibaca di buku “Kumpulan Cerita Fabel” terbitan PT. Inti Prima Aksara.

Related Post

1 Comment

Leave a Comment