Inprasa.com – Halo, sobat INPRASA, kali ini kami mencoba menulis sinopsis Buku “Kumpulan Cerita Anak” diceritakan oleh Masiton, yang diterbitkan pt. Inti Prima Aksara (INPRASA).
Buku “Kumpulan Cerita Anak” berisi tiga cerita, cerita kesatu, berjudul “Kapak Emas Raja Katak”, cerita kedua “Pelajaran Bagi Si Serakah”, dan cerita ketiga ” Siasat Menda (Kambing yang Cerdik).
Buku ini, ditujukan untuk membantu orang tua maupun guru sebagai bahan untuk mendongeng, sehingga komunikasi yang intens dan penuh kasih sayang antara orang tua dan anak dapat terwujud.
Sinopsis Cerita Kesatu “Kapak Emas Raja Katak”
Tuhu, seorang pemuda miskin, yatim piatu dikenal sebagai pemuda yang jujur dan penyabar, dia berteman dengan Julika, namun punya perangai yang buruk, berkebalikan dengan sifat Tuhu.
Suatu ketika, kehidupan Tuhu berubah, saat itu tanpa sengaja, kapak butut milik tuhu terjatuh ke dalam telaga di tengah hutan.
Tiba-tiba ada seekor raja katak menemukan sebuah kapak emas, dia menanyakan kepada Tuhu, apakah kapak emas yang dipegangnya adalah miliknya?, dengan jujur Tuhu menjawab, bukan, karena kapak dia bukan kapak emas, namun kapak butut.
Berkali-kali Tuhu menjawab dengan jawaban yang sama, raja katak pun akhirnya memberikan kapak emas itu kepada Tuhu.
Kapak Emas yang dia dapatkan dari raja katak, dia serahkan kepada raja, dan menceritakan kejadian sebenarnya, Raja pun terkesima dengan kejujurannya.
Teman Tuhu, Julika ingin seberuntung Tuhu, dengan licik dia membawa kapak butut dan dilemparkan ke telaga, sama seperti yang dilakukan Tuhu, namun yang membedakan, Tuhu bukan melempar kapak di telaga, dia tidak sengaja menjatuhkan kapaknya.
Raja katak bertanya, “apakah ini kapak milikmu?,” Julika pun berbohong, dengan menjawab, ” Iya Kapak itu milikku”, dia pun menyerahkan kapak emas itu kepada Raja, dan apa yang terjadi? Kapak itu berubah menjadi kapak butut milik Julika sendiri.
Raja pun murka, dan menjebloskan Julika ke dalam penjara, sedangkan Tuhu, kini hidupnya mulia dan luhur.
Sinopsis Cerita Kedua ” Pelajaran Bagi Si Serakah”
Dokoh, seekor kera berteman dengan seekor kura-kura, Penyun namanya. Diseberang sungai, Dokoh melihat buah mangga, dia mengajak Penyun menyeberangi sungai untuk mendapatkan buah mangga.
Dokoh naik ke punggung penyun, dan merekapun sampai di tujuan, di pohon mangga seberang sungai. Dokoh lantas naik ke pohon mangga untuk menyantap sendiri buah mangga, sedangkan Penyun dibiarkan menunggu di bawah pohon.
Penyun merasa dibodohi, karena dia tidak mendapatkan bagian sedikitpun, saat meminta bagiannya, Dokoh pura-pura tidak mendengar dan naik ke dahan pohon lebih tinggi lagi.
Penyun punya cara jitu untuk membalas keserakahan Dokoh, dia berteriak dan lari ke sungai, “Pemilik kebun datang, lari..!!”, Penyun berenang di tengah sungai, dan Dokoh pun berlari mengejar.
Ditengah sungai, Penyun membalikkan badan, dan hampir tenggelam, pura-pura kehabisan tenaga, dan Dokohpun tenggelam karena Penyun sudah tidak kuat lagi menahan beban.
Dengan susah payah Dokoh berenang ke pinggir sungai, dia pun muntah, mengeluarkan semua buah mangga yang mengisi perutnya.
Penyun pun menyindir, isi perutnya keluar semua, karena perut Dokoh terlalu penuh, dan tidak mau berbagi buah mangga.
Cerita Tiga “Siasat Menda (Kambing yang Cerdik)”
Menda seekor kambing yang cerdik, mampu mengalahkan si Raja Hutan tanpa pertarungan. Suatu hari, dia mendengar kabar menyedihkan, kawan si Kerbau tewas dimangsa Si Loreng.
Menda pun berpikir, mengatur siasat untuk melawan keganasan Si Loreng yang telah membuat keresahan di hutan.
Sebentar saja, Menda mempunyai ide untuk mengalahkan si Loreng, dia menemui Si Raja Hutan dan menyatakan diri siap disantap, dengan satu syarat, Manda ingin gemuk terlebih dahulu, agar layak jadi santapan Sang Raja Hutan.
Si Loreng pun menyetujui persyaratan itu, tibalah waktu seminggu yang dijanjikan, Menda bertemu Sang Raja, namun ada hal yang aneh di mulutunya.
Ada darah mengucur di mulutnya, dia berkata dengan galak kepada Sang Raja Hutan, Menda mengaku telah memangsa kawan Si Loreng, dan memintanya untuk berkaca di sungai, bahwa ada kawannya yang sudah tewas dimangsanya.
Menuruti perintah Menda, lantas loreng berkaca dan melihat ada bayangannya, dia menduga, bayangan itu adalah kawannya yang telah dimangsa Menda.
Si Loreng pun meminta ampun kepada Menda, agar tidak dimangsa seperti kawannya. Dia pun lari tunggang-langgang ketakutan.
Akhirnya, keadaan di hutan jadi tentram, karena Si Loreng tidak berani lagi datang ke kumpulan binatang itu, dan semua kawan Menda memberikan pertolongan karena di mulutnya ada batang kaktus yang sengaja dikunyah untuk menakut-nakuti Si Loreng.