Inprasa.com, Pekanbaru – Buku cerita fiksi “Tersesat di Hutan” menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama Astuti bersama sahabatnya, Bunga dan Kupu-kupu.
Buku “Tersesat di Hutan”, karya Winarno GN diterbitkan PT. Sutra Benta Perkasa, Edisi pertama, 2006. Buku setebal 20 halaman, di pasaran pada Rabu, 1 Maret 2006.
Sahabat INPRASA, sinopsis buku ini dapat mengungkap sisi menarik dan memudahkan pembaca dalam memahami sekilas cerita ini. Mari simak terus blog kami.
SINOPSIS Tersesat di Hutan
Kisah ini dimulai ketika Astuti melintasi kebun bunga dalam perjalanan menuju ke sekolah. Gadis kecil itu mendengar, ada seseorang yang memanggilnya. Namun tidak ada siapapun di sana. Ternyata, ada sekuntum bunga nan indah yang menyapa Astuti di pagi hari.
“Mengapa tergesa-gesa? Hari masih pagi, bukan? Kita masih dapat bermain sebentar.” ajak Bunga.
Astuti berpikir sejenak, jika ia bermain dengan Bunga sekarang. Maka bisa terlambat sampai ke sekolah.
“Baik, nanti aku bermain di sini.” Astuti berjanji. Lalu melanjutkan perjalanan.
Sepulang sekolah Astuti bergegas untuk bertemu dan bermain dengan Bunga. Mereka bercerita tentang keseharian Astuti di sekolah. Kemudian, Bunga meminta Astuti untuk bernyanyi. Lalu gadis kecil mengeluarkan suara indah nan merdu, sehingga Bunga terkesima dan memberikan tepuk tangan.
Mereka bermain bertiga, Astuti bernyanyi, sedangkan Bunga dan Kupu-kupu menari. Setelah merasa puas bermain, Astuti pamit untuk pulang dan Kupu-kupu bersedia menemaninya dalam perjalanan pulang.
Kupu-kupu mengajak Astuti untuk singgah ke tempatnya. Namun Astuti menolak karena hari sudah siang dan juga perutnya sudah lapar. Tetapi, Kupu-kupu meyakinkan Astuti dengan mengatakan di tempatnya sangat banyak buah-buahan yang bisa dimakan nantinya.
Awalnya Astuti bimbang, pada akhirnya ia tidak jadi pulang. Astuti asik bermain bersama sahabat barunya sampai lupa waktu. Setelah sampai di pinggiran hutan, Kupu-kupu lainnya mengelilingi Astuti dan berkenalan dengannya. Kupu-kupu itu tampak gembira atas kedatangan Astuti. Mereka menari-nari, sedangkan Astuti tertawa sambil meloncat-loncat kegirangan.
Astuti senang melihat buah-buahan warna-warni bergantungan di pohon. Terbit air liur Astuti, ingin cepat-cepat memetik dan melahapnya.
“Buah apa ini?” tanya Astuti.
“Ini buah ‘impian’, rasanya lezat.” jawab Kupu-kupu.
Kemudian Astuti memetik buah impian itu sebanyak-banyaknya. Lalu memakannya dengan sangat lahap. Setelah lama di hutan, Kupu-kupu merasa lelah. Akhirnya pergi satu per satu dan tinggallah Astuti sendirian.
Kini rasa gembira telah hilang. Berubah menjadi kesedihan dan ketakutan. Astuti berlari dan menyadari jika ja belum pernah mengenal daerah ini. Ia pun menangis tersedu-sedu.
Beruntungnya, ada seorang lelaki tua yang kebetulan lewat di tempat itu. Namanya Pak Kirun, tinggal di dekat rumah Astuti. Kemudian Pak Kirun mendekati Astuti dan gadis kecil itu pun menceritakan apa yang terjadi padanya.
Setelah Astuti nampak tenang. Mereka berjalan bersama untuk pulang. Dalam hati kecil Astuti berkata, ia tidak akan mengulangi perbuatannya.
Akhirnya mereka tiba di rumah. Astuti bergegas memeluk orang tuanya dan menangis terisak-isak. Ia menyatakan penyesalan dan meminta maaf. Tak lupa juga, gadis kecil nan cantik itu mengucapkan terimakasih kepada Pak Kirun.