Nilai Anak Anda Jelek di Sekolah, Jangan di Cap sebagai Anak Bodoh

Inprasa.com – Memberi cap atau label sebagai anak bodoh, seringkali terjadi pada saat orang tua atau wali murid menerima raport, dan mendapatkan nilai sekolah di mata pelajaran tertentu tidak sesuai dengan harapan.

Pintar atau bodohnya anak, bukan hanya dilihat dari nilai akademis di sekolah, karena setiap anak mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, dan tidak ada anak yang diberi label atau di cap bodoh hanya karena nilai disekolahnya tidak sesuai harapan atau jelek.

Seorang ahli kecerdasan multipel (Multiple Intelligences) dari Universitas Harvard Amerika Serikat, Thomas Amstrong mengungkapkan anak memiliki kepintaran yang berbeda-beda.

“Ada anak yang nilai di sekolahnya bagus, pintar menjawab pertanyaan di sekolah dengan benar, punya IQ 150, tapi kepintaran bukan hanya soal itu,” kata Thomas dalam sebuah talkshow bertema Beda Anak Beda Pintar, Kamis, 1 Oktober 2015 yang lalu di Jakarta.

Thomas menjelaskan, dalam teori multiple intelligences terdapat 8 jenis kepintaran anak. Delapan jenis itu adalah kecerdasan linguistik (word smart), kecerdasan logika-matematika (number smart), kecerdasan visual-spasial (picture smart),  kecerdasan gerak tubuh (body smart), kecerdasan bermusik (music smart), kecerdasan interpersonal (people smart), kecerdasan intrapersonal (self smart), dan kecerasan naturalis (nature smart).

Seorang profesor dari Havard University, Dr.Howard Garner untuk mengukur potensi kecerdasan seseorang secara lebih luas dia memperkenalkan teori multiple intelligences. 

“Semua anak bisa memiliki kepintaran yang berbeda-beda. Ada yang menonjol di suatu bidang tertentu, ada yang tidak. Orangtua harus mengetahui delapan jenis kepintaran ini,” terang Thomas.

Menurutnya, orangtua bisa mengetahui delapan jenis kepintaran anak ini dengan mengamati tingkah laku mereka. Misalnya, anak suka memukul-mukul benda seperti bermain drum, maka ia mungkin memiliki minat di musik.

Anak yang suka membuat sesuatu dengan tangan mereka, menyentuh, mengamati benda, cenderung memiliki kepintaran body smart.

Jika kecerdasan anak sudah diketahui, berikanlah stimulus untuk mengembangkan kepintaran anak tersebut. Misalnya, untuk anak yang memiliki body smart, ajak si kecil bermain menyusun balok, melakukan kegiatan fisik seperti olahraga. “Orangtua harus meluangkan banyak waktu untuk memperhatikan anak-anak mereka,” katanya.

Bagaimana sebaiknya menyikapi nilai akademis anak

Menjelang akhir tahun, anak sekolah biasanya menghadapi ujian tengah semester. Hasilnya kadang mengejutkan. Bisa baik, pun buruk. Bagaimana sebaiknya orang tua menyikapi nilai anak?

Jika hasil bagus dan memuaskan, umumnya orang tua akan menunjukkan ekspresi senang. Tapi, ketika nilai kurang atau jelek, maka ekspresi yang diperlihatkan orang tua cenderung negatif.

Menurut Dr. Mary Anne Heng, profesor di National Institute of Education (NIE) dinukil Young Parents, sebaiknya orang tua tidak langsung memarahi anak jika hasil ujiannya jelek.

Ada kemungkinan, jawaban salah bisa disebabkan oleh kecerobohan. Bukan karena kurangnya pemahaman.

Sebaliknya, jawaban yang benar mungkin adalah sesuatu yang baru saja dihafalnya. Ini menutupi fakta bahwa anak tidak benar-benar memahami konsepnya.

Heng juga mengingatkan hasil ujian bukan tolak ukur kecerdasan anak. Ditegaskan Heng, tes dan ujian adalah bentuk penilaian sumatif dan tidak memberikan banyak wawasan tentang bagaimana seorang anak berpikir atau mengapa ia gagal dalam belajar.

Menyikapi nilai anak dengan emosi atau memberikan hukuman nyatanya tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, hal ini akan membuat anak merasa tertekan. Akibatnya anak bisa menjadi pribadi yang kurang percaya diri.

Hanya menyalahkan dan tidak mendengarkan penjelasan anak menyoal nilai yang diperoleh merupakan salah satu kesalahan orang tua ketika berkomunikasi dengan anak, seperti dilaporkan Psychology Today.

Sebaiknya orang tua dapat menemukan keseimbangan antara penilaian sekolah yang dirancang dengan baik dan berhubungan dengan anak-anak mereka.

Tanyakan kepada anak tentang apa yang disukai anak di sekolah. Dan apa yang tidak mereka sukai.

Orang tua sebaiknya tidak memprioritaskan hasil dan menyalahkan anak karena nilai ujiannya tidak memuaskan.

Psikolog anak Rosdiana Setyaningrum pun menyayangkan sikap orang tua yang menyalahkan anak karena nilai buruk, kerena hali ini dapat membuat anak depresi.

Menurut Diana, orang tua idealnya tidak membiasakan anak memprioritaskan hasil, termasuk dalam ujian di sekolah, dilansir Tempo.

Jika anak dibiasakan untuk berorientasi pada hasil maka berakibat buruk. Anak menjadi tertekan dan tidak menutup kemungkinan, ia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Diana menyarankan, sebaiknya orang tua melatih anak untuk memperbaiki proses, dalam hal ini cara belajarnya.

“Kalau nilai ujian anak jelek, mungkin kesalahan bukan pada kemampuan si anak, tapi pada cara belajarnya,” katanya.

Menurutnya, orang tua pun diingatkan untuk mengevaluasi perihal proses belajar. Anak membutuhkan kondisi ideal agar sukses belajar. Kondisi ideal tersebut didapat anak jika orang tua membenamkan nilai positif pada mereka. Misal, dengan memberi pendampingan yang tidak disertai tuntutan berlebihan.

Orang tua perlu memahami, ketika anak gagal, orang tua jangan langsung kesal. Namun, sebaiknya orang tua menyikapi dengan cara sebagai berikut.

Tetap memberikan apresiasi

Orang tua sebaiknya tidak pelit memberikan apresiasi sekalipun hasil ujian anak tidak sesuai dengan ekspektasi. Apalagi ketika anak sudah belajar, maka orang tua sebaiknya memberi pemakluman pada hasil ujiannya.

Melatih anak menerima kelemahan

Tanamkan pengertian bahwa hasil ujian sekolah yang buruk bukan pertanda kebodohan atau kegagalan. Tujuannya agar anak tidak merasa minder.

Lakukan tingkat kecerdasan (IQ)

Menurut Diana, anak perlu menjalani tes IQ lagi di luar sekolah, yang sifatnya personal. Bahkan sebaiknya tes IQ tersebut dijalani anak sebelum memilih sekolah.

Tes IQ penting agar orang tua bisa menentukan model pembelajaran yang tepat pada anak, dan tahu pada bidang mana saja anak mereka unggul.

Gali potensi anak di bidang tertentu

Menuntut anak sempurna di semua bidang pelajaran ternyata keliru. Diana menyarankan, orang tua berfokus mengembangkan potensi anak. Jika dari tes IQ dan ujian sekolah anak diketahui berbakat dalam bidang bahasa, misalnya, dukung dia mengembangkan diri pada bidang tersebut.

Selain hal di atas, kerja sama antara orang tua dan anak juga diperlukan. Jadi baik Anda dan anak sama-sama melakukan usaha untuk mendapatkan nilai sekolah yang baik.

Berkomunikasi lah juga dengan guru kelas anak. Tanyakan kepada guru, bagaimana cara terbaik untuk membantu anak belajar saat menghadapi ujian, seperti diungkap Drazenovic, salah satu guru dari Sekolah Dasar Longfellow di Kolombia.

Anak sebaiknya juga memiliki jam belajar yang teratur. Jadi tidak hanya menjelang ujian saja. Anda bisa mengikuti tip lain untuk berdamai dengan nilai anak yang kurang memuaskan.

Sumber: Kompas/Tempo/Beritagar

Related Post

Leave a Comment